Mise en Scene merupakan istilah dalam dunia perfilman yang pertama kali dipopulerkan oleh kritikus film dari Cahiers du Cinema mengenai produksi teater. Menurut Merriam-Webster, Mise en scene memiliki arti pengaturan aktor dan pemandangan di atas panggung untuk produksi teater atau menurut studiobinder simpelnya ‘penempatan di panggung’, termasuk penempatan setting, properti, shot composition, aktor, blocking, kostum, dan lighting

Penggabungan unsur-unsur Mise en Scène sendiri yang meliputi berbagai aspek tersebut memiliki peran naratif dan visual. Sampai saat ini Mise en Scene masih digunakan dalam memproduksi film hingga animasi.

Semua Tentang Mise En Scene dalam Dunia Perfilman

Dari sudut pandang penonton, Mise En Scene adalah segala sesuatu yang terlihat secara kasat mata pada layar. Sedangkan dari sisi pembuat film merupakan tindakan meletakan segala sesuatu di dalam peristiwa yang dibuat.

Unsur Mise En Scene

Mise en Scene dapat menjadi dasar dalam membuat rencana pengambilan gambar yang matang. Produser, sutradara, penulis, dan terkadang bersama ratusan pengrajin, seniman, dan teknisi akan merencanakan Mise En Scene. Berikut unsur yang bisa Anda kombinasikan:

1. Setting dan Properti

Setting dan properti merupakan unsur utama dalam merencanakan Mise en Scene. Setting adalah tempat atau lokasi yang digunakan untuk mengambil adegan baik di Indoor maupun Outdoor. Setting biasa dibuat sedemikian rupa agar dapat memberikan gambaran lokasi dan waktu dalam film sesuai naskah yang dibuat oleh script writer dan sutradara.

Sedangkan properti merupakan barang yang menempel pada pemeran, seperti pakaian, aksesoris, dan sebagainya, juga barang yang diletakkan pada set shooting. Mengeksplor kedua aspek ini akan memberikan dampak artistik pada film dan menghidupkan suasana. 

Setting atau pengaturan properti pada area shooting mampu memberi makna naratif pada film. Maka itu setiap properti yang akan masuk ke dalam setting diseleksi dengan baik agar dapat diatur sedemikian rupa sehingga menggambarkan suasana yang ingin coba dibangun dalam film. Bagian dari setting, yaitu properti, berperan aktif dalam sebuah karakter. Contohnya pada film Penyalin Cahaya, ruang fotokopi Amin diatur sedemikian rupa agar terlihat layaknya tempat fotokopi di area kampus, dengan komputer, asbak di meja, hingga kertas pengumuman yang biasa ada di tempat fotokopi. Atau pada film animasi seperti Doraemon, komplek rumah Nobita digambarkan dengan rumah-rumah dan tanah lapang di area-area rumah Jepang. Pada intinya, memilih, membangun, dan mengatur elemen-elemen setting memberikan kontrol artistik pada sutradara.

2. Akting

Akting adalah sebuah seni peran pertunjukan yang tidak dilakukan secara spontan, dimana aktor dan aktris berperan sebagai karakter dalam sebuah naskah film. Para pemeran akan menampilkan gerakan dan ekspresi yang telah dirancang dan latih sesuai naskah yang telah dibuat. Salah satu kunci utama akting adalah memiliki ingatan yang baik dan dapat berimprovisasi sesuai situasi dan kondisi. 

Ada berbagai cara aktor dan aktris melakukan pendalaman peran. Misalnya, untuk mendalami peran dokter, pemeran akan melakukan survei di rumah sakit, mengikuti kegiatan sehari-hari dokter, melihat bagaimana dokter bekerja, sehingga apa yang coba ditampilkan akan merepresentasikan peran tersebut.

Melalui akting yang baik, penonton dapat membedakan setiap karakter sehingga membawa film lebih hidup dan berwarna. Contohnya, dalam setiap film pasti ada pembeda signifikan antara karakter pemalu dengan outgoing, melalui cara mereka menggambarkan karakternya. Misalnya, karakter pemalu memiliki ekspresi pendiam dan tidak mudah berbaur dengan orang lain, sedangkan karakter outgoing mudah berbaur dengan sekitar dan menciptakan kenalan baru. Karakter yang diperankan pastinya menunjukkan suatu perubahan pada penonton. Tak jarang penonton malah lebih mengingat nama karakter yang diperankan oleh seorang aktor atau aktris.  

Untuk mengontrol agar akting yang dilakukan sesuai jalannya naskah cerita dan mengatur jalannya shooting, maka terdapat peran atau profesi yang disebut Sutradara. Sutradara memastikan karakter yang diperankan merepresentasikan karakter dalam naskah yang sudah dibuat, sehingga sutradara dapat menentukan apakah sebuah scene harus dilakukan take ulang atau tidak, berapa banyak referensi scene yang akan dibuat, dan kegiatan lainnya. Menyutradarai juga merupakan sebuah seni tersendiri.

3. Kostum

Kostum merupakan salah satu elemen yang termasuk dalam properti. Kostum sedikit banyak dapat menggambarkan karakter setiap pemain, misalnya, menunjukkan sifat karakter, usia, asal keluarga, serta menggambarkan waktu dan lokasi, mood yang coba diciptakan, dan sebagainya. 

Jadi, Kostum dan unsurnya seperti gaya, tekstil dan warna mampu menunjukkan suatu era waktu di lokasi tertentu. Untuk tujuan ini, jelas dibutuhkan riset yang detail. Fungsi lain kostum adalah mempertegas naratif, misalnya posisi sosial seseorang karakter. Tekstur kain katun dan kain sutra tentu memberikan kesan yang berbeda. Selain itu, kostum juga bisa menandakan perubahan karakter dalam film.

Contohnya film Les Miserables yang diambil dari novel historikal karya Victor Hugo, film ini berlatar di Perancis pada abad ke-19. Untuk menggambarkan bagaimana orang-orang berpakaian pada jaman itu, setiap karakter menggunakan pakaian Perancis pada abad ke-19 seperti vest, pakaian militer, rok mantel, dasi tali, sepatu bot, topi tinggi, dan sebagainya. Menggunakan kostum yang tepat akan memberikan kesan mendalam pada penonton. 

Contoh lainnya adalah kostum Spiderman yang dibuat dengan bahan khusus. Dilansir dari Kompas, dalam shooting Spiderman disediakan 2-3 kostum yang sama, dimana bahannya terbuat dari Grafena yang bahannya lebih tipis dari rambut manusia punya kekuatan 300 kali baja, dan 1.000 kali lebih konduktif atau bisa mengalirkan panas lebih kuat dari silikon.

Semua Tentang Mise En Scene dalam Dunia Perfilman

image source: complex.com

4. Blocking Pemain

Karakter dalam film merupakan pusat perhatian penonton, penampilan dan penyajian adegan yang ditampilkan adalah kuncinya. Pernahkah terbayangkan bagaimana pengaturan set yang sedemikian rupa serta gerakan yang direncanakan akan ditampilkan, sehingga suatu area sebuah adegan dapat dengan jelas menjadi area akting aktor dan aktris?

Jika Anda pernah bermain teater atau seni tari, mungkin Anda sudah familiar dengan kata blocking. Pengaturan ini dilakukan agar setiap scene yang ditampilkan dapat mengalir dan menyatu, mengingat film merupakan gabungan dari potongan-potongan scene. Aktor dan aktris akan ditempatkan pada area yang sesuai dengan tujuan sutradara. Pengaturan blocking juga dapat mengambil inspirasi dari koreografi seni tari.

Pengaturan blocking tentu memperhatikan pengaturan frame shooting, bagaimana gerakan yang akan ditampilkan dalam frame, mana yang bisa masuk dan tidak, serta penempatan karakter pada setiap adegan. Pemblokiran yang baik akan dapat memberikan kehidupan dan energi pada adegan yang ditampilkan. 

Mungkin Anda pernah melihat Behind The Scene sebuah proses pembuatan film. Anda akan melihat setiap karakter melatih gerakan dan interaksi yang akan dilakukan di depan kamera agar setiap adegan yang dilakukan tertangkap dengan baik oleh kamera. Pada sesi latihan juga, sutradara beserta pemeran menentukan blocking area, menentukan daerah mana saja yang bisa menjadi area adegan pemeran.

5. Lighting atau Pencahayaan

Aspek terakhir dalam Mise en Scene adalah pencahayaan. Dalam dunia nyata, mungkin “ekspresi” cahaya tidak akan jelas terasa. Namun, dalam sebuah film, pencahayaan menaruh peran penting khususnya untuk menciptakan mood atau suasana tertentu. Bagi sutradara, pencahayaan lebih dari sekedar penerangan agar dapat melihat set, properti, dan aktor dengan lebih jelas. Menggunakan berbagai teknik, pencahayaan dapat memberi arti lebih tentang sebuah karakter atau situasi lewat aksen cahaya yang diberikan. Salah satu caranya dengan memanipulasi dan mengatur arah tembak cahaya.

Cahaya dapat hadir dalam berbagai warna. Ketika senang, cahaya yang ditampilkan akan lebih ke arah terang dan putih, untuk suasana mencekam bisa digunakan cahaya dengan aksen merah ke arah gelap. Salah satu contoh penggunaan cahaya adalah pada film horor. Misalnya pada film Pengabdi Setan dalam scene anak sedang menyisirkan rambut dalam suasana hening, tentu set akan dibuat dengan cahaya rendah lebih ke arah gelap, dibanding menggunakan pencahayaan terang yang akan menurunkan secara drastis mood film horor tersebut.

Contoh lainnya adalah menggunakan teknik pencahayaan dengan kontras tinggi, sehingga sutradara dapat menunjukkan dua ruang yang berbeda di suatu adegan. Teknik cahaya ini dapat membuat suasana adegan lebih intens dan dramatis. Meskipun sekilas terlihat gampang, tapi ketika kamu bersentuhan dengan ilmu pencahayaan, kamu akan berhadapan dengan kemungkinan tak terbatas.

Itu dia pengertian, unsur, dan contoh penerapan Mise En Scene pada produksi film. Unsur-unsur ini tidak hanya digunakan dalam film, tapi juga animasi dan video interaktif lainnya. Setiap elemen akan memberikan kesan yang dapat membangun setiap scene menjadi lebih hidup dan berwarna.

Superpixel animation studio adalah sebuah studio animasi yang berbasis di Singapura. Mulai dari animasi visual 2D, 3D, video iklan, konten interaktif, launching produk, corporate video, hingga mascot brand bisa dibuat Superpixel. Ingin tahu lebih banyak tentang Superpixel? Yuk, kunjungi websitenya sekarang!